Ini perjalanan kasih sayang antara anak adam dan hawa yang penuh liku dan haru biru. Fatan dan Nida berhasil melewati terjalnya jalan kehidupan penuh misteri. mereka dipertemukan ketika sama-sama mengambil pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan yang sebenarnya mereka jalani dengan keterpaksaan. Fatan yang sangat menginginkan masuk Sekolah Menengah Atas karena ingin melanjutkan kuliah kedokteran harus menuruti keinginan orang tuanya agar memilih sekolah paling dekat dari rumah. Sedangkan Nida juga menuruti keinginan Ibunya agar memilih sekolah yang memiliki akses cepat untuk segera bekerja. Hari pertama mereka berkenalan terjadi kesalahpahaman antara Fatan yang ditunjuk sebagai danton dan Nida sebagai pasukan baris berbaris. Demi memenangkan lomba antar kelas mereka dan teman sekelas yang berjumlah tak lebih dari 40 orang, saling bekerja sama dan memperbanyak volume latihan baris-berbaris mereka yang dipimpin Fatan. Sayangnya Nida yang kurang konsentrasi hingga salah haluan ketika Fatan memberi aba-aba untuk hadap kanan sedangkan Nida justru balik kanan. Fatan yang kecewa dan sudah lelah berlatih membentak Nida yang memang sedang merasakan sesuatu mengalir dari lubang hidungnya. Rupanya cuaca yang begitu panas membuat Nida mimisan. Fatan yang tidak tahu keadaan Nida memilih memarahinya dengan nada sangat tinggi, namun Nida tak juga menatap wajah Fatan. Karena kesal merasa tidak dipedulikan Fatan mengangkat wajah Nida agar mau menatapnya, namun justru Nida tidak sadarkan diri dengan darah segar keluar dari lubang hidungnya yang kecil itu. Kepanikan tak hanya dirasakan Fatan tapi juga teman-teman sekelas mereka tersentak kaget karena Nida tiba-tiba roboh. Entah karena panik atau sigap, Fatan segera mengangkat tubuh mungil nan lemah Nida menuju ruang kesehatan sekolah. Sesampainya di ruang UKS, Fatan merasa bersalah atas sikapnya terhadap Nida, dia memilih menunggu Nida untuk sadar dan meminta maaf daripada melanjutkan latihan untuk lomba baris-berbaris antar kelas satu. Tak lama Fatan menuggu Nida yang terbaring lemah dan berwajah pucat pasi untuk sadar ada beberapa guru pembina MOS dan satu orang anak laki-laki berpostur dan berusia sama dengan Fatan menghampiri Nida untuk kemudian dibawa ke rumah sakit. Rupanya anak laki-laki itu adalah sahabat dari kecil Nida yang mengetahui keadaan Nida. Karena merasa bingung dengan keadaan sesungguhnya Nida, Fatan hanya terpaku menatap salah satu guru pembina mengangkat tubuh lemah Nida dan membawanya ke mobil sekolah**